MADRASAH LEBIH BAIK !!!! LEBIH BAIK MADRASAH !!!!

MANAJEMEN MUTU TERPADU


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATARBELAKANG                                                                            
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah) terhadap kegiatan sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah bertanggung jawab atas kualitas pendidikan.
Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite sekolah, kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan  harus benar – benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan TQM.
Dalam ajaran TQM, lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah  organisasi sekolah. Tanpa suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak – pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan.

Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dengan guru, antara siswa dengan kepala sekolah, antara guru dan kepala sekolah, singkatnya adalah kebebasan berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Pentransferan ilmu tidak lagi bersifat one way communication, melainkan two way communication. Ini berkaitan dengan budaya akademis.
Selain kebebasan berpendapat juga harus ada kebebasan informasi. Harus ada informasi yang jelas mengenai arah organisasi sekolah, baik secara internal organisasi maupun secara nasional. Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas- luasnya bagi warga sekolah. Termasuk dalam hal arah organisasi adalah progran – program, serta kondisi finansial.
Singkatnya, TQM adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi efisiensi. Sistem manajemen ini sangat meminimalkan proses birokrasi. Sistem sekolah yang birokratis akan menghambat potensi perkembangan sekolah itu sendiri.
B.     RUMUSAN MASALAH           
Permasalahan yang ingin penulis kupas dalam makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) ?
2.      Apa yang menjadi kesulitan implementasi  TQM di bidang Pendidikan ?
3.      Apa  yang menjadi indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan ?
C.     TUJUAN.                                                                                                
        Dari permasalahan yang penulis pilih, penulis mempunyai tujuan :
1.      Menjelaskan pengertian Manajemen Mutu Terpadu (TQM).
2.      Menjelaskan kesulitan – kesulitan  implementasi TQM di bidang pendidikan.
3.      Mengidentifikasi indikator – indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan.








BAB  II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Manajemen Mutu Terpadu
1.      Pengerti Manajemen Mutu Terpadu.
Manajemen mutu yang populer disebut dengan Total Quality Management (TQM) adalah suatu cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus dalam setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia sementara Ross dalam William Mantja sebagaimana yang dikutib oleh Marno dan Triyo Supriyatno mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperolehdan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang berkesinambungan. Tujuannya adalah kepuasan konsumen atau pelanggan[1]
Menurut Nasution (2001) yang membedakan Total Quality Management (TQM) dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen-komponennya. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama, yaitu : focus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim (teamwork), perbaikan system secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.[2]
Manajemen mutu terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang/jasa memiliki spesifikasi mutu sebagaimana ditetapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Manajemen mutu dilakukan secara menyeluruh, yaitu mulai dari input, proses, output, dan outcome. Dilakukan secara berkelanjutan menunjukkan bahwa upaya mewujudkan mutu merupakan bagian kerja  keseharian, bukan sesuatu yang bersifat temporal (sewaktu-waktu). Dalam konteks outcome (dampak) dikenal dengan istilah layanan purna jual.Dalam dunia pendidikan, layanan purna jual ini terkait dengan keterlibatan  alumni dalam pengelolaan dan pengembangan sekolah. Semua komponen sistem organisasi diposisikan sebagai bagian untuk menjamin mutu dan disinergikan melaluikepemimpinan mutu. Para ahli manajemen telah banyak mengemukakan pengertianTQM (Total Quality Management). Dikemukakan Edward Sallis bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethoraof new external pressures”.Pendapat diatas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan- tekanan faktor eksternal[3].
            Pada dasarnya total quality management (manajemen mutu terpadu) merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisifasi karyawan. TQM merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisifasi dan kreatifias diantara karyawan. Setiap gugus bertindak sebagai mekanisme pemantau yang membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dalam mematau kesempatan. Bersifat proaktif, tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul dan tidak menghentikan kegiatanya kalau suatu persoalan telah ditemukan pemecahannya. Artinya TQM harus bekerja terus-menerus dan tidak tergantung pada proses produksi.[4]
2.      Sejarah Manajemen Mutu Terpadu[5].
a.       Deming
W Edward Deming adalah seorang ahli statistik, profesor, pengarang, pensyarah dan perunding di Amerika. Beliau terkenal di bidang pengurusan kualiti adalah kerana kejayaannya di Jepun. Bermula dari tahun 1950, beliau telah membekalkan banyak pengetahuan kepada pengurusan atasan tentang cara untuk memperbaiki reka bentuk perkhidmatan, kualiti perkhidmatan , ujian dan jualan di pasaran dunia dengan melalui pelbagai kaedah termasuk penggunaan kaedah statistik.
Deming telah membuat sumbangan penting ke atas pembinaan reputasi Jepun dalam bidang pembuatan produk yang inovatif dan berkualiti tinggi. Terdapat 3 asas dalam falsafah kualiti Deming iaitu ketekunan mencapai matlamat, pembaikan berterusan dan pengetahuan yang mendalam. Dengan ketiga-tiga asas ini, ia dapat membantu sesebuah organisasi meningkatkan tahap kualiti perkhidmatannya. Selain itu, Deming juga telah membahagikan asas pengetahuan yang mendalam kepada 4 komponen iaitu penghargaan kepada sesuatu sistem, teori variasi, teori ilmu dan psikologi. Kesemua teori ini dapat membantu pihak pengurusan organisasi dalam usaha membekalkan sama ada produk atau perkhidmatan yang berkualiti. 
Pada permulaanya, Deming telah mendefinisikan bahawa kualiti adalah ditentukan oleh pelanggan. Kemudian, beliau telah meluaskan definisi kualitinya kepada "Kualiti bererti membuatkan setiap orang melaksanakan apa yang mereka telah persetujui dan mereka melaksanakannya dengan tepat pada kali pertama". Ini bermakna pihak pengusaha organisasi seharusnya memberikan perkhidmatan atau produk mengikut permintaan pelanggan tanpa sebarang kesilapan.  Dengan itu, kepuasan pelanggan dapat dipenuhi dan seterusnya ia dapat membantu meningkatkan prestasi perniagaannya. Di samping itu, pengurusan atasan juga dapat memperoleh banyak cara untuk mempertingkatkan kualiti perkhidmatan melalui falsafah Demings 14 Points  dan Deming's Seven Deadly Diseases yang dicipta oleh Deming.
Adapun 14 poin Deming adalah sebagai berikut:
1)      Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa, dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. Deming percaya bahwa terlalu banyak organisasi yang hanya memiliki tujuan jangka pendek dan tidak melihat apa yang akan terjadi pada 20 atau 30 tahun yang akan datang. Mereka harus memiliki rencana jangka panjang yang didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru. Mereka harus terus-menerus berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.
2)      Adopsi falsafah baru. Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing jika mereka terus mempertahankan penundaan waktu, kesalahan, bahan-bahan cacat dan produk yang jelek. Mereka harus membuat perubahan dan mengadopsi metoda kerja yang baru.
3)      Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu. Inspeksi tidak akan meningkat atau menjamin mutu. Anda tidak dapat menginspeksi mutu ke dalam produk. Deming berpendapat bahwa manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan tentang alat-alat statistik dan teknik-teknik yang dibutuhkan mereka untuk mengawasi dan mengembangkan mutu mereka sendiri.
4)      Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Menurut deming harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran mutu yang dijual. Praktek kontrak yang hanya cenderung pada harga yang murah dapat mengiring pada kesalahan yang mahal. Metode yang ditawarkan mutu terpadu adalah mengembangkan hubungan dekat dan berjangka panjang dengan pensuplai, dan sebaiknya pensuplai tunggal dan bekerja sama dengan mereka dalam mutu komponen.
5)      Tingkatkan secara konstan system produksi dan jasa, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas dan selanjutnya turunkan biaya secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuk mengarahkan proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikkan yang berkelanjutan.
6)      Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan terbesar dalam sebuah organisasi adalah kekeliriuan dalam menggunakan keahlian orang-orang secara tepat. Mempergunakan uang untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting namun yang lebih lagi adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu.
7)      Lembaga kepemimpinan. Deming mengatakan bahwa kerja manajemen bukanalah mengawasi melainkan memimpin. Makna dari hal tersebut adalah berubah dari manajemen tradisional yang selalu memperhatikan hasil indicator-indikator prestasi, spefikasi dan penilaian-penilaian menuju peranan kepemimpinanan yang mendorong peningkatan proses produksi barang dan jasa yang lebih baik
8)      Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai. Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin melakukan kerja dengan baik asalkan bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong semangat mereka.
9)      Uraikan kendala-kendala antar departemen. Orang dalam departemen yang berbeda harus dapat bekerja bersama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak diperkenakan untuk memiliki unit atau departemen yang mendorong pada arah yang berbeda.
10)  Hapuskan slogan, desakan, dan target serta tingkatkan produktivitas tanpa menambah beban kerja. Tekanan untuk bekerja giat merepresentasikan sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer. Slogan dan target memiliki sedikit dampak praktis terhadap pekerja. Kebanyakan persoalan system dan ini merupakan tanggungjawab manajemen untuk mengatasinya.
11)  Hapuskan standar kerja  yang menggunakan quota numeric. Mutu tidak dapat diukur dengan hanya mengkonsentrasikan pada hasil proses. Bekerja untuk mengejar quota numerik sering menyebabkan terjadinya pemotongan dan penyusutan mutu.
12)  Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya. Hal ini perlu dilakukan denga menghilangkan system penilaian dan penghitungan jasa. Deming telah berupaya keras menentang system penilaian yang mana diyakini menempatkan kerja dalam kompetensi antara satu dengan yang lain dan merusak kerja tim.
13)  Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kualitas kerja. Staf yang berpendidikan baik ada1ah mereka yang memiliki semangat untuk menigkatkan mutu.
14)  Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi. Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah tugas setiap orang. Ia juga merupakan tugas terpenting dari manajemen.
Seven Deadly Diseases Deming (tujuh penyakit mematikan)  tersebut adalah:
1)      Kurangnya Kehadiran tujuan
2)      Penekanan pada keuntungan jangka pendek 
3)      Evaluasi oleh kinerja, merit rating, atau tinjauan tahunan kinerja
4)      Mobilitas manajemen 
5)      Menjalankan sebuah perusahaan pada angka terlihat sendirian
6)      Biaya medis yang berlebihan
7)      Biaya yang berlebihan garansi, didorong oleh pengacara yang bekerja untuk biaya kontingensi
b.      Juran
Joseph Juran merupakan tokoh yang ketiga dalam falsafah bidang kualiti dan beliau menjadi terkenal dengan Pareto Chart dan Pareto Principles yang dicipta olehnya. Seperti kedua-dua tokoh sebelum ini, beliau telah memberikan banyak usahanya dalam bidang pengurusan kualiti sejak tahun 1926 dan  beliau bersara pada tahun 1998. Joseph merupakan tokoh yang pertama yang menggunakan cara pengekosan dalam mengira kos bagi kualiti. Beliau  menekankan bahwa peningkatan keuntungan akan dicapai sekiranya kos kepada kualiti dapat diturunkan. 
Mengikuti falsafah Juran, beliau menekankan bahawa perancangan kewangan menjadi perancangan kualiti; pengawalan kewangan menjadi kawalan kualiti; dan pembaikan kewangan menjadi pembaikan kualiti. Ketiga-tiga aspek ini perlu dilaksanakan dalam sesebuah organisasi supaya pencapaian kualiti dapat dicapai oleh organisasi tersebut. Beliau adalah tokoh pertama yang cuba untuk mengira kos kualiti. Ini bermakna, sekiranya kualiti pengeluaran yang rendah dikurangkan di mana ini akan mengurangkan kos untuk menguruskan kesan daripada pengeluaran yang berkualiti rendah, maka keuntungan sesebuah organisasi itu dapat ditingkatkan.
Selain itu, Juran juga tidak terlalu menekankan penggunaan kaedah statistik seperti mana yang ditekankan oleh Deming. Beliau percaya bahawa kualiti bermula dengan mengenalpasti siapa pelanggannya dan keperluan serta kehendak mereka. Teras kepada kualiti adalah komitmen pihak pengurusan terhadap pelanggan, pembekal dan kakitangan dalam sesebuah organisasi itu. Dengan itu, pihak pengurusan dapat memahami keperluan dan idea-idea mereka dan kemudiannya mengeluarkan produk atau perkhidmatan yang berkualiti.
c.       Feigenbaum
Tokoh yang keempat dalam mengeluarkan falsafah pengurusan kualiti ialah Armand Feigenbaum.  Feigenbaum ialah seorang pakar kawalan kualiti dan peniaga berbangsa Amerika. Beliau telah menulis beberapa buku dan juga pernah menyandang jawatan sebagai Presiden untuk American Society For Quality (1961-1963).
Sumbangan beliau dalam gerakan kualiti adalah beliau mengalihkan perhatian ahli korporat untuk menggunakan pendekatan "cost of conformance" dalam melaksanakan program kualiti. Beliau juga membangunkan konsep Kawalan Kualiti Menyeluruh (Total Quality Control), yang kemudiannya dikenali sebagai Pengurusan Kualiti Menyeluruh (TQM).
d.      Crosby
Tokoh yang kelima ialah Philip Crosby, di mana beliau merupakan tokoh yang membawa konsep kualiti menyeluruh ke peringkat yang lebih difahami. Dalam buku yang ditulis olehnya, iaitu "Quaity is Free", beliau menyatakan bahawa kualiti bukan saja betul, malah ia juga percuma. Ia turut merupakan produk paling menguntungkan yang sesebuah organisasi itu miliki. Beliau telah membentuk gerakan kesilapan sifar di Martin Marietta pada tahun 1960-an. Dia berpendapat bahawa kesilapan sifar pada awal proses boleh dicapai dan ini telah bercanggahan dengan toeri-teori statistikal Deming yang mengatakan bahawa kesilapan sentiasa berlaku. Dengan kata lain, standard untuk mengukur prestasi adalah tiada kesilapan sepanjang sesuatu proses itu yang dijalankan.
Dengan ini, ia bermakna usaha-usaha percegahan adalah lebih penting berbanding dengan proses penambahbaikan dan juga dapat menjimatkan kos dengan melakukan sesuatu itu dengan betul pada awal proses.
3.      Perbedaan Manajemen Terpadu Dengan Manajemen Lainnya.
Ada empat perbedaan pokok antara TQM dengan metode manajemen lainnya[6].
Pertama,  asal intelektualnya. Sebagian besar teori dan teknik manajemen berasal dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi mikro merupakan dasar dari sebagian besar teknik-teknik manajemen keuangan, ilmu psikologi mendasari teknik pemasaran dan decision support system, dan sosiologi memberikan dasar konseptual bagi desain organisasi. Sementara itu dasar teoritis dari TQM adalah statistika. Inti dari TQM adalah Pengendalian Proses Statistikal (SPC/Statistical Process Control) yang didasarkan pada sampling dan analisis varians.
Kedua, yakni sumber inovasinya. Bila sebagian besar ide dan teknik manajemen bersumber dari sekolah bisnis dan perusahaan konsultan manajemen terkemuka, maka inovasi manajemen sebagian besar dihasilkan oleh para pionir yang pada umumnya adalah insinyur industri dan ahli fisika yang bekerja di sektor industri dan pemerintah.
Ketiga, yakni asal negara kelahirannya. Kebanyakan konsep dan teknik dalam manajemen keuangan, pemasaran, manajemen strategik, dan desain organisasi berasal dari Amerika Serikat dan kemudian tersebar ke seluruh dunia. Sebaliknya TQM semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih banyak dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan analisis dari Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, serta tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia.
Keempat, yakni proses diseminasi atau penyebaran. Penyebaran sebagian besar manajemen modern bersifat hirarkis dan top-down. Yang mempeloporinya biasanya adalah perusahaan-perusahaan raksasa seperti General Electric, IBM, dan General Motors. Sedangkan gerakan perbaikan kualitas merupakan proses bottom up, yang dipelopori perusahaan-perusahaan kecil. Dalam implementasi TQM, penggerak utamanya tidaklah selalu CEO, tetapi seringkali malah manajer departemen atau manajer divisi.
No.
Asal/Sumber
MMT
Manajemen Lainnya
1.
Asal intelektualnya
Teori statistic: analisis sampling dan varians.
Ilmu social:ekonomi makro, psikologi, dan sosiologi.
2.
Sumber inovasi
Insinyur industry dan fisikawan yang bekerja disektor industry dan lembaga pemerintah.
Sekolah bisnis terkemuka dan perusahaan konsultan manajemen.
3.
Asal Negara kelahiranya
Internasional:dikembangkan di USA, kemudian ditransfer ke Jepang setelah itu tersebar ke Amerika Utara dan Eropa.
Amerika Serikat kemudian ditransfer secara internasional.
4.
Proses penyebaran (dissemination).
Populasi:perusahaan-perusahaan kecil dan manajer madya memainkan peranan yang mennjol.
Hierarkis: dari perusahaan-perusahaan industry terkemuka ke perusahaan-perusahaan yang lebih ecil dan kurang menonjol dan dalam perusahaan dari manajemen ke bawahnya.
B.     Komponen Dalam Mmt
Komponen-komponen manajemen mutu terpadu pendidikan (MMTP) mempunyai 10 unsur utama (Goetsch & Davis, 1994) sebagai berikut [7]:
  1. Fokus Pada Pelanggan.
Dalam MMTP, baik pelanggan Internal maupun pelanggan eksternal merupakandriver. pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2.      Obsesi terhadap Kualitas.
Dalam organisasi yang menerapkan MMTP, pelanggan eksternal dan internal yang  menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi dengan mutu maka berlaku prinsip good enough is never  good enough.
3.      Pendekatan Ilmiah.
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4.      Komitmen Jangka Panjang
MMTP merupakan paradigma baru, maka dari itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Dan untuk membentuk budaya sekolah yang baru itu diperlukan adanya komitmen jangka panjang agar penerapan MMTP dapat berjalan dengan baik.
5.      Kerja Sama Tim (Team Work)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik anatr karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6.      Perbaikan Sistem Secara Terus Menerus
Setiap produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem, sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar mutu dapat meningkat.
Manajemen mutu terpadu adalah sebuah pendekatan praktis, namun strategis, dalam organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan dan kliennya. Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. MMT bukan merupakan kumpulan slogan, namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untuk mencapai tingkatan kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. MMT dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi
Sebagai sebuah pendekatan, MMT mencari sebuah perubahan permanen dalam sebuah tujuan organisasi, dari tujuan “kelayakan” jangka pendek menuju tujuan “perbaikan mutu” jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktekan MMT, akan mengalami siklus perbaikan secara terus menerus. Semangat tersebut akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya..
7.      Pendidikan dan Pelatihan
Sekolah yang menerapkan MMTP, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar, karena dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan meningkatkan keterampilan teknisnya.
8.      Kebabasan yang Terkendali
Kebabasan yang timbul karena keterlibatan pemberdayaan guru dan staf merupakan hasil pengendalian yang terencana, misalnya keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan tersebut akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat serta  dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan.
9.      Kesatuan Tujuan
Agar MMTP dapat diterapkan dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan yang jelas. Dengan demikian semua usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Meski begitu, dalm kesatuan tujuan tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara pihak kepala sekolah dengan guru dan staf tata usaha mengenai upah dan kondisi kerja.
10.  Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Guru dan Staf Tata Usaha
Keterlibatan guru dan staf tata usaha merupakan hal penting dalam memerpkan MMT. Manfaat dari keterlibatan guru dan staf, adalah :
a.       Dapat menghasilkan keputusan yang baik dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja.
b.      Meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang yang harus melaksanakan.
Dan untuk menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seorang manejer harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staff sebuah tanggungjawab untuk menyampaikan mutu dalam lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam keranagka kerja yang sudah jelas dan tujuan organisasi sudah diketahui.
C.     Dimensi-Dimensi  Prinsip Dasar Mmt
Untuk menjalankan mutu terpadu diperlukan suatu perubahan baik perubahan dalam budaya dan sistem nilai dari suatu organisasi yang harus mengacu pada prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu.
Menurut Hensle dan Brunel[8] ada empat prinsip utama manajemen mutu terpadu yang merupakan sasaran dalam pengelolaan  pendidikan
1.      Kepuasan pelanggan
Dalam manajemen mutu terpadu konsep dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak lagi bermuara pada kesesuaian dengan spesialisasi-spesialisasi  tertentu tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal . kebutuhan pelanggan diusahakan  untuk dipuaskan dalam segala aspek termasuk di dalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktfitas organisasi harus dikoordinasikan untuk memuaskan pelanggan.
2.      Respek terhadap setiap orang
Dalam organisasi yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memilki talenta dan kreatifitas khas. Ini berarti bahwa karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling berharga. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi harus diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan, karyawan akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil keputusan yang merupakan keputusan bersama, sehingga akan menjadi keputusan bulat yang didukung semua lapisan.


3.      Manajemen berdasarkan fakta
Organisasi kelas dunia biasanya berorientasi pada fakta. Ini menunjukkan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan pada fakta bukan pada perasaan. Ada dua konsep yang berkaitan dengan ini . Pertama adanya prioritas dan kedua   adanya variasi.
Prioritas merupakan konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang sangat vital. Sedangkan variasi yang dimaksudkan adalah varibilitas kinerja manusia yang memberikan gambaran pada sistem organisasi. Dengan demikian manajemen  dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4.      Perbaikan Kesinambungan
Untuk dapat sukses setiap organisasi perlu melakukan proses yang sistematis dalam melaksanakan perbaikan yang berkesinambungan . Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA (Paln-Do-Check-act). Siklus ini terdiri dari langkah-langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
PDCA pertama kali ditemukan oleh Walter Shewhard seorang ahli fisika Amerika yang bekerja pada Telephone Laboratories. Kemudian Deming mempopulerkan PDCA Cycle sebagai penerapan metode ilmiah untuk proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
D.    Indikator Keberhasilan Mmt
Menurut Hadari Nawawi, bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut [9]:
1.         Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
2.         Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
3.         Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
4.         Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.
5.         Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6.         Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
7.         Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
E.     Langkah DaLAm Menerpakan Mmt
Langkah-langkah penerapan MMT menurut Goetsh dan Davis.[10]
1.      Persiapan.
1)       Bentuk komisi pengarah mutu total
2)      Pembentukan tim
3)      Pelatihan
4)      Prinsip petunjuk penciptaan visi
5)      Mengatur tujuan umum
6)      Mengkomunikasikan dan mempublikasikanya
7)      Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
8)      Sukap dasar pekerja
9)      Memenuhi kepuasan pelanggan
2.      Perencanaan.
1)       Merencanakan pendekatan pelaksanaan
2)         Mengidentifikasi tim
3)         Komposisi proyek
4)         Pelatihan tim
5)         Kegiatan tim dan pengarahan
3.      Eksekusi.
1.         Umpan balik untuk komisi pengarah
2.         Umpan balik pelanggan
3.         Umpan balik pekerja,
F.         Implementasi  Dalam Mmt.
Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa. Yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka.
Manajemen Mutu Terpadu di sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah)  dalah: 1) Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah 1) siswa : kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) guru : kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerja-samanya (kemampuan sosial). 3) kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajaran-nya, 4) dan, sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) : partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan seko-lah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi focus perhatian kepala sekolah.

1.      Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mangajar[11].
Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut[12]:
b.      Planning
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut:
1)      Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.
2)      Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.
3)      Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar.
4)      Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus

c.       Organizing

Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu secara structural dan secara akademik. Secara structural, organisasi sangat diperlukan dalam melaksanakan[13] :
1)      Organisasi perencanaan kurikulum
2)      Organisasi pelaksanaan kurikulum
3)      Organisasi pengevaluasi kurikulum.
Secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi
1)      Kurikulum mata ajaran
2)      Kurikulum bidang studi
3)      Kurikulum integrasi
4)      Core curriculum
d.      Staffing
Staffing adalah fungsi penyusunan/penyediaan orang-orang untuk melaksanakan system yang diorganisasikan. Staffing meliputi rekrutment, seleksi, hiring, penempatan, penilaian, pelatihan dan kompensasi[14]
e.       Contolling

Control kurikulum dapat dilihat sebagai proses pembuatan keputusan-keputusan tentang kurikulum disebuah sekolah atau proses pengajaran yang dibatasi minat-minat pihak luar.[15]
2.      Manajemen Ketenagaan
Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5)menyebutkan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dimana tenaga kependidikan tersebut memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-uandang yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan dan digaji pula menurut aturan yang berlaku.
Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam instansi atau lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan keseluruhan yang berpartisipasi dalam pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)      Tenaga struktural
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-jabatan eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung maupun tidak langsung atas satuan pendidikan.
2)      Tenaga fungsional
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis kependidikan.
3)      Tenaga teknis kependidikan
Merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut kecakapan teknis operasional atau teknis administratif.
3.      Manajemen Kesiwaan
Tujuan Manajemen Peserta Didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Tujuan Manajemen Peserta Didik adalah menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Fungsi Manajemen Peserta Didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangakan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya[16].
Agar tujuan dan fungsi manajemen peserta didik dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1)         Penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan
2)         Manajemen peserta didik harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen sekolah secara keseluruhan
3)         Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik
4)         Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan dan punya banyak perbedaan
5)         Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik
6)         Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik
7)         Kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik, baik di sekolah lebih-lebih di masa depan
Ruang lingkup Manajemen Peserta Didik itu meliputi:
1)         Analisis Kebutuhan Peserta Didik
Langkah pertama dalam kegiatan manajemen peserta didik adalah melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah). Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
a)         Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima
b)         Menyusun progam kegiatan kesiswaan
2)         Rekruitmen Peserta Didik
Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
a)         Langkah-langkah rekruitmen peserta didik (siswa baru) adalah sebagai berikut:
Pembentukan panitia penerimaan siswa baru
b)         Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka.
3)         Seleksi Peserta Didik
Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:
a)         Melalui tes atau ujian
b)         Melalui penelusuran bakat kemampuan
c)         Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN
4)         Orientasi
Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Tujuan diadakannya orientasi bagi peserta didik antara lain:
a)         Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah
b)         Agar pesera didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah
c)         Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental dan emosional sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah serta dapat menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
5)         Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas)
Sebelum peserta didik yang telah diterima pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. Pengelompokan peserta didik yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan kepada sistem kelas.
6)         Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik
Pembinaan dan pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang.
7)         Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan agar pihak lembaga dapat memberikan bimbingan yang optimal pada peserta didik.
8)         Kelulusan dan Alumni
Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta didik. Kelulusan adalah pertanyaan dari lembaga pendidikan (sekolah) tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik. Ketika peserta didik sudah lulus, maka secara formal hubungan antara peserta didik dan lembaga telah selesai. Namun demikian, diharapkan hubungan antara para alumni dan sekolah telah terjalin. Hubungan antara sekolah dan para alumni dapat dapat dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh para alumni yang biasa disebut “reuni”.
4.      Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah[17].
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:
1)         Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah
2)         Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
3)         Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Sumber keuangan sekolah secara garis besar dapat berasal dari pemerintah dan masyarakat.
5.      Manajemen  Saran Prasarana
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah, Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah sedangkan Prasaranaadalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah[18].
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai contonya adalah kapur tulis, atlas dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Ditinjau dari sifat barangnya. Sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai.
1)      Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tukis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya.
2)      Barang tak-habis-pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap-pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya.
6.      Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
Menurut Ahmad  bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut[19]:
1)         Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2)         Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3)         Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4)         Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.



7.      Manajemen Laboratorium.
Fungsi utama dari laboratorium adalah wadah untuk melakukan praktik atau penerapan atas teori, penelitian dan pengembangan keilmuan, sehingga menjadi unsur penting dalam kegiatan pendidikan dan penelitian, khususnya di bidang IPA[20]  .
Pengelola laboratorium IPA di sekolah idealnya meliputi; a. Kepala laboratorium adalah seorang staf edukatif atau fungsional yang ditugaskan menjadi pimpinan tertinggi dalam organisasi laboratorium serta membawahi anggota laboratorium, pembimbing praktikum, staf administrasi, laboran, dan asisten praktikum serta bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di laboratorium, b. Anggota laboratorium adalah staf edukatif yang memiliki minat keilmuan dan bersedia turut berperan aktif dalam pengelolaan serta pengembangan laboratorium, c. Pembimbing praktikum adalah staf edukatif yang bertanggungjawab dalam memberikan bimbingan praktikum bagi siswa untuk mata pelajaran IPA, d. Staf administrasi adalah tenaga administratif yang menjalankan fungsi administrasi di laboratorium, e. Laboran adalah staf laboratorium yang membantu pelaksanaan kegiatan dan teknis operasional dalam laboratorium, serta mempersiapkan peralatan dan bahan.
8.      Manajemen Perpustakaan
Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recoreder, video, komputer dan lain-lain. Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu dan dipergunakan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan mencari informasi bagi segenap masyarakat yang membutuhkannya.[21]
Perpustakaan sekolah mempunyai empat fungsi umum, yaitu edukatif, informatif, kreasi dan riset atau penelitian[22].
1)      Fungsi Edukatif : adalah segala fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelola, banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep pengatahuan, sehingga di kemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut. Fungsi ini erat kaitannya dengan pembentukan manusia pembangunan yang berkualitas di masa yang akan datang. Pendidikan memang merupakan salah satu cara yang paling tepat untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya.
2)      Fungsi Informatif : Ini berkaitan dengan mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan yang bersifat “memberi tahu” akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan guru dan siswa. Melalui membaca berbagai media bahan bacaan yang disediakan oleh perpustakaan sekolah, para siswa dan guru akan banyak tahu tentang segala hal yang terjadi di dunia ini.
3)      Fungsi Rekreasi : Dengan disediakannya koleksi yang bersifat ringan seperti surat kabar, majalah umum, buku-buku fiksi dan sebagainya, diharapkan dapat menghibur pembacanya di saat yang memungkinkan. Misalnya dikala sedang ada waktu senggang sehabis belajar seharian, bisa memanfaatkan jenis koleksi ini. Fungsi rekreasi ini memang bukan yang utama dari dibangunnya perpustakaan sekolah, namun hanya sebagai pelengkap saja guna memenuhi kebutuhan sebagai anggota masyarakat sekolah akan hiburan intelektual.
4)      Fungsi Riset atau Penelitian : adalah koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya penelitian sederhana. Segala jenis informasi tentang pendidikan setingkat sekolah yang bersangkutan sebaiknya disimpan di perpustakaan, sehingga jika ada siswa atau guru yang meneliti ingin mengetahui informasi tertentu tinggal membacanya di perpustakaan.
Sesuai dengan pengertian perpustakaan sekolah yang memiliki tiga kegiatan utama yaitu kegiatan penghimpunan, pengolahan dan penyebarluasan segala macam informasi pendidikan kepada para siswa dan guru, maka perpustakaan sekolah bertugas dengan tugas inti yang dimaksudkan, yaitu[23] :
1)      Menghimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara dan membina secara terus-menerus bahan koleksi atau sumber informasi (bahan pustaka) dalam bentuk apa saja, seperti misalnya buku, majalah, surat kabar, da jenis koleksi lainnya.
2)      Mengolah sumber informasi dengan menggunakan sistem atau cara tertentu, sejak dari bahan pustaka tersebut datang ke perpustakaan sampai kepada bahan pustaka tersebut siap untuk disajikan untuk dilayankan kepada penggunanya yakni para siswa, guru, dan staf dilingkungan sekolah yang bersangkutan. Kegiatan ini antara lain meliputi pekerjaan penginvetarisasian, pengklasifikasian, penggolongan koleksi, pengatalogan, pelabelan, pembuatan alat kartu dan kantong buku, pembuatan lembar pengembalian buku, dan lain-lain.
3)      Menyebarluaskan sumber informasi atau bahan-bahan pustaka kepada segenap anggota yang membutuhkannya sesuai dengan kepentingannya yang berbeda satu dengan yang lain. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah pelayanan referens dan informasi, pelayanan peminjaman koleksi, pelayanan promosi, pelayanan bimbingan kepada pembaca dan sebagainya, termasuk pelayanan kepada para siswa dan guru dalam rangka mencari informasi yang berkaitan dengan minatnya
9.      Manajemen Bimbingan Dan Konseling
Konselor adalah tenaga pendidikprofesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individuyang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor[24].
Secara umum, tujuan bimbingan dan konseling ialah agar individu dapat :
1)      Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan dating.
2)      Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliknya seoptimal mungkin.
3)      Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
4)      Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan :
1.         Manajemen Mutu Terpadu(TQM) adalah suatu sistem manajemen yang mendayagunakan sumber – sumber kualitas yang ada dalam organisasi melalui tahapan – tahapan manajemen secara terkendali untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggan secara efektif dan efisien.
2.         Kesulitan penerapan TQM dalam bidang pendidikan adalah kesulitan dalam penentuan kualitas produknya (lulusan) yang lebih bersifat kualitatif.
3.         Implementasi TQM di bidang pendidikan dikatakan berhasil jika dapat ditemukan ciri – ciri  sebagai berikut :
a.       Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
b.      Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
c.       Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
d.      Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.
e.       Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
f.       Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.



DAFTAR PUSTAKA

Darmono, 2001, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta, Grasindo,
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta
Hadari Nawawi (2005); Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta
Hermino, Agustinus, 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka
Marno dan Triyo Supriyatno,2008, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,Bandung, Refika Aditama.
Mulyono,MA.2010, Konsep Pembiayaan Pendidikan, Jogjakarta, Ar Ruzz Media
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2008
Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
Syafarudin, 2002, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Jakarta,Grasindo.
Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Vethzal Rivai, Prof,Dr, 2008, Education Management, analisis Teori dan Pratek, Jakarta, Rajawali Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar